Obyek Wisata Setren Girimanik terletak di Kecamatan Slogohimo dengan
jarak sekitar 40 Km dari Kota Wonogiri. Akses jalan menuju tempat wisata
ini sangat mudah dan lancar dengan dukungan sarana angkutan umum yang
memadai. Obyek Wisata Setren Girimanik merupakan tempat wisata alam
dengan suasana sejuk dan didukung panorama alam pegunungan yang indah.
Selain pemandangan pepohonan hutan yang hijau dan lebat, Obyek Wisata
Setren Girimanik juga terdapat air terjun yaitu Air Terjun Tinjo Moyo,
Manik Moyo dan Condro Moyo.
Tidak hanya itu, tempat wisata ini juga terdapat tempat petilasan Raden
Mas Said yang dikenal dengan sebutan Batu Besi. Tempat petilasan yang
lain adalah Sendang Drajat konon merupakan tempat pemandian Raden Mas
Said, Sendang Nglambreh yang konon dipercaya berkhasiat agar kelihatan
lebih cantik dan awet muda bagi siapa saja yang mencuci muka di Sendang
ini. Dan yang terakhir adalah Pertapaan Girimanik. Tempat yang sakral
ini merupakan sebuah bukit yang digunakan untuk bertapa Raden Mas Said.
Sampai sekarang tempat ini masih sering digunakan oleh banyak kalangan
untuk melakukan meditasi.
Setren Girimanik
Alas Kethu
Pantai Nampu
Potensi atau fasilitas yang bisa anda temukan di pantai nampu adalah sebagai berikut :
1. Jalan yang mudah dan berapal sampai ke lokasi.
2. Panorama alam yang mempesona
3. Area parkir
4. Akses untuk menuju pantai lainnya
5. Jalan setapak menuju bibir pantai
6. Pasir putih yang indah
7. MCK
8. Sumber air tawar
Pantai nampu ini masih dikembangkan oleh pemerintah daerah sehingga bisa dikenal oleh wisatawan dari luar, seperti pengembangan lahan parkir, penataan warung makan, dan berbagai MOU yang masih dalam tahap pelaksanaan
Di tepi pantai juga ada sumber mata air, sehingga apabila sehabis bermain di pantai bisa langsung mandi dengan air tawar yang ada di dekat pantai tersebut. Jika air laut surut pengunjung juga dapat melihat karang indah di dekat pantai, hati-hati karang terdapat karang yang licin dan tajam. Anda bisa menemukan ikan-ikan kecil di sela-sela karang, akan menjadi hiburan yang menyenangkan.
Asal Mula Kota Wonogiri
Pada zaman Kerajaan Demak ada Seorang
pertapa sakti bernama Ki Kesdik Wacana. Dia tinggal menyendiri di salah
satu gua yang termasuk dalam jajaran Pegunungan Seribu. Pegunungan ini
dikelilingi hutan yang penuh dengan pepohonan lebat dan alam yang
indah. Tidak heran jika penguasa Demak pada waktu itu menjadikan sebagai
hutan wisata raja dan tempat perburuan binatang.
Pada waktu-waktu tertentu, datanglah rombongan raja dengan pengiring dan
senopatinya. Mereka berburu binatang, terutama Rusa. Sebagian hasil
dari perburuan itu ada yang dihabiskan di tempat dan sebagian lagi
biasanya dibawa kembali ke istana. Bekas tempat pesta pora itu pada
akhirnya menjadi sebuah desa yang sekarang dinamakan Desa Senang, yang
berarti tempat untuk bersenang-senang. Sampai sekarang desa itu masih
ada.
Kethek Ogleng Diusung ke Jakarta
JAKARTA, suaramerdeka.com - Kethek Ogleng bukan
topeng monyet. Tapi merupakan jenis tarian tradisional khas Kabupaten
Wonogiri. Tarian yang jadi ikon Wonogiri ini, menampilkan tokoh kera
putih(wanara seta). Ketika dipentaskan dalam pentas fragmen atau seni
ketoprak, mengambil seting cerita Panji Asmoro Bangun yang merupakan
sejarah Kerajaan Jenggala Kediri, dengan tokoh sentral Panji
Inukertapati.
Dalam pentas Kethek Ogleng, pemeran tokoh utama
wanara seta, suka menampilkan aneka ragam tarian akrobatik, seperti
melakukan pemanjatan tiang, panggung, menari bergelantungan di tali
pancang, menari di atas sandaran kursi dan secara spontan senang
mengajak anak-anak penontonnya, untuk menirukan gerak tariannya.
Termasuk ketika melakukan gerak jumpalitan dan salto serta
berguling-guling layaknya gerak kera.
Kepala Dinas Kebudayaan
Pariwisata Pemuda Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Wonogiri, Drs
Pranoto MM, mengatakan, Minggu (11/12), tari Kethek Ogleng diusung untuk
pentas di Jakarta. ''Main di anjungan TMII (Taman Mini Indonesia Indah)
Jakarta,'' ujar Pranoto. Jenis tari Kethek Ogleng yang diusung ke
ibukota ini, dikemas dalam sajian tari Kethek Ogleng Campursari, dengan
memadukan aneka kesenian pendukung yang sinergi.
Koreografer
Ludiro Pancoko SSn, mengatakan, untuk menyajikan tari Kethek Ogleng
Campursari, pihaknya membawa 40 personel tari yang merupakan cantrik dan
mentrik dari Sanggar Tari Darma Giri Budaya. ''Sebelum pentas di TMII,
kami juga pentas di pagelaran wayang kolaborasi Sabtu malam (10/12) di
Jakarta,'' kata Ludiro.
Menampilkan tari tradisional Mustika
Nglaroh, dengan melibatkan 25 seniman tari. Pentas wayang kolaborasi
ini, digelar oleh Paguyuban Trah Pangeran (Patrap) Sambernyawa
bekerjasama dengan Paguyuban Keluarga Wonogiri (Pakari) di Kedoya Kebon
Jeruk Jakarta. Pagelaran wayang kolaborasi ini, menampilkan lima dalang
dan puluhan seniman dari Kabupaten Wonogiri, termasuk dalang tiban Ki
Begug Poernomosidi.
''Alhamdulillah, pentas kami semalam sukses,
mampu menyedot ribuan penonton, dan mendapatkan penghargaan pemecahan
rekor dari MURI dengan kelir terpanjang, yakni sepanjang 35 meter,''
ujar Begug Poernomosidi yang mantan Bupati Wonogiri.
Sejarah Berdirinya Kabupaten Wonogiri
A. MASA PRA SEJARAH
Di Kabupaten Wonogiri terdapat berbagai bukti temuan artefact di beberapa goa di Kabupaten Wonogiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di wilayah Kabupaten Wonogiri pernah menjadi peradaban pada masa pra sejarah.
Sejarah Singkat SMPN 1 Wonogiri
SMP NEGERI SATU TEMPO DULU HINGGA SEKARANG Pada tahun 1922, Suwardi Surjaningrat mendirikan Taman Siswa, yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya sekolah sekolah di seluruh Nusantara. Salah satunya adalah SMP Negeri I Wonogiri. Sejak pemerintahan Belanda menerapkan politik Etis banyak sekolah mulai didirikan, namun tetap saja jumlah sekolah tidak sebanding dengan jumlah anak usia sekolah. Sekolah-sekolah yang didirikan adalah untuk kepentingan kolonial, baik kepentingan dalam bidang politik, ekonomi maupun administrasi. Jadi sama sekali tidak ditujukan untuk kepentingan rakyat Indonesia. |
Tim KIR SMPN 1 Wonogiri
Tim KIR SMPN 1 Wonogiri
1. Rohmad Sigid Affandi
2. Syarif Hidayatulloh
3. Dien Nur Aulia Zahro
4. Santi Diyah Fatimah
Tarian Klasik Jawa Tengah
- Tari Klasik
- Tari Tradisonal
- Tari Kreasi Baru
Tari Bedhaya mengalami masa kejayaan pada abad ke 18 pada masa kekuasaan PB II, PB III, PB IV, dan PB VIII Artinya pada masa-masa itulah banyak diciptakan tarian Bedhaya (G.R. Ay. Koes Indriyah dalam David t.t.: 59-60). Dari sekian banyak gendhing Bedhaya hanya tinggal Gendhing yang masih dapat diketahui tarian diantaranya Bedhoyo Durudasih, Bedhaya Pangkur, Bedhaya Tejanata. Bedhaya Endhol-endhol, Bedhaya Sukaharja, Bedhaya Kaduk Manis, Bedhaya Sinom, Bedhayo Kabor, Bedhaya Gambir Sawit dan Bedhaya Ketawang.
Banyak tari Bedhaya yang hilang atau tidak tergali, disebabkan adanya larangan dari pihak kraton Surakarta bahwa tari dan karawitan milik kraton tidak diperbolehkan untuk dipelajari secara privat atau ditulis (didiskripsikan). Bila menginginkan belajar harus di dalam kraton, di samping itu ada peraturan yang membatasi bahwa yang boleh belajar tari hanyalah wanita yang belum menikah. Dengan demikian dapat dimaklumi jika jarang penari dapat mendalami tarian dengan sungguh-sungguh (G.R. Ay. Moertiyah, Wawancara: September 1997).